"Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Mat 6:18b)
Ada
seorang pemuda buruk rupa dan sekaligus buruk perangainya. Dia seorang
penjahat. Suatu ketika ia bertemu gadis cantik. Pemuda itu jatuh hati dan
menyatakan cintanya padanya. Tetapi tentu saja sang gadis menolaknya. Namun ia
masih memberi sedikit harapan kepada pemuda itu dengan mengatakan, “Saya akan
menerimamu asal bisa kau ubah wajah dan kelakuan burukmu itu.”
Begitu
cintanya kepada sang gadis, maka pemuda itu berjuang sekuat tenaga. Suatu
ketika, pemuda itu bertemu dengan seorang yang mampu membuat topeng penutup
wajah. Dan ketika topeng itu dikenakan, wajah pemuda tadi menjadi sangat
tampan.
Suatu
kesempatan dalam sebuah pesta, pemuda yang sudah berubah wajahnya bertemu
dengan gadis tadi. Ia menyatakan cintanya dan sang gadis menerima karena juga
tidak menyadari bahwa yang dihadapinya adalah pemuda buruk rupa yang tersamar
topeng di wajahnya. Maka jadilah mereka pasangan yang serasi. Setelah menikah
pun pemuda itu berubah menjadi pribadi yang sempurna, setia, dan begitu
mencintai istrinya.
Suatu
hari, pasangan tadi bertemu seseorang yang pada masa lalu merupakan rekan si
pemuda. Karena tahu dan mengenal, maka lelaki itu menarik topeng yang dikenakan
dihadapan sang istri. Apa yang terjadi? Begitu topeng itu dirobek, wajah asli
yang semula amat buruk telah berubah persis seperti topeng yang dikenakannya.
Tetap tampan.
Dari
kisah ini, dapat dimaknai bahwa perjuangan yang sedemikian kuat, penuh
pengorbanan diri untuk mengubah sesuatu ternyata juga berdampak secara fisik.
Pertobatan dan perubahan batin yang sedemikian rupa akan membantu mengubah
fisik ka arah tata laku yang lebih baik. Bertobat bukan hanya karena mau menghindarkan
diri dari, tetapi lebih karena bertobat untuk meraih suatu nilai. Meraih
sesuatu yang lebih bermakna.
Itulah
pertobatan kita yang sesungguhnya. Dan memasuki masa prapaskah adalah
kesempatan baik untuk kita dalam memahami dan menjalani laku tobat yang lebih
berarti. Rabu abu adalah kesempatan kita untuk menarik diri dan melihat diri. Kita
semua tak ada yang sempurna. Semua dari kita kotor. Perlu dibersihkan. Maka Yesus
mengajak pendengar sabda-Nya, murid-Nya untuk membersihkan diri dari kekotoran.
Dua cara
yang bisa kita lakukan dalam memasuki masa prapaskah. Pertama, bermati raga
dalam pantang-puasa, kedua, beramal kasih. Maka, isilah masa prapaskah ini
dengan kedua hal tersebut. Kelak pasti akan ada perubahan hidup dalam diri
kita. Perjuangan yang sedemikian kuat, penuh pengorbanan diri untuk mengubah
sesuatu ternyata juga berdampak pada keseluruhan hidup kita. Seperti seorang
pemuda buruk rupa sekaligus buruk perangainya dalam cerita tadi. Tak ada yang
mustahil bagi Tuhan.
Sebagai
bahan refleksi, apakah kita menjalankan pantang, puasa, dan tindakan amal kita
hanya sekedar sebagai suatu kewajiban, hanya untuk dilihat orang, atau sebagai
suatu kesempatan dan rahmat dari Tuhan untuk semakin memperbaiki kualitas hidup
beriman kita dan mendekatkan kita pada Bapa kita?
Oleh karena
itu, marilah berdoa.
Bapa yang maharahim, semoga
masa prapaskah kali ini sungguh kami imani dan jalani sebagai sarana untuk
semakin mendekatkan diri kami kepada-Mu dan memperbaiki prilaku kami yang
selama ini kurang berkenan dihadapan-Mu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar