KERANGKA DASAR APP NASIONAL 2013
“Menghargai Kerja”
Manusia adalah tuan atas kegiatan kerjanya. Kerja
manusia sudah menghasilkan perobahan mendasar yang mempengarui nilai hidup
manusia sendiri ; dari satu pihak manusia berhadapan dengan tantangan yang
dramatis tentang hasil kerja, yaitu pertumbuhan penduduk yang menantang yang tidak dibarengi dengan tersedianya lapangan kerja
yang memadai, fasilitas hidup yang diusahakan manusia di perkotaan menghasilkan
arus urbanisasi sehingga melonjaklah jumlah kaum buruh yang kurang terampil, kurangnya
tenaga kerja tani yang masih muda; dari lain pihak, manusia sadar bahwa manusia
menguasai kekuatan-kekuatan alam yang
dinyatakan dalam kerja demi mengabdi tujuan hidup manusia yang benar.
Makna dan Nilai Kerja
Manusia
Saat ini masalah kemiskinan manusiawi cukup menonjol dan masih dirasakan
oleh banyak orang. Dari satu pihak bisa
diamati bahwa belum semua jenis pekerjaan menguntungkan semua orang, dan dari
lain pihak disadari bahwa sikap manusia terhadap kerja cukup berbeda. Namun demikian, kerja harus dipandang dan
diperlakukan sebagai kunci seluruh
persoalan sosial (bdk. Laborem Exercens art. 3). Karena itu,
makna dan nilai kerja pertama-tama harus diarahkan sebagai suatu tindakan yang
membebaskan manusia dari kemiskinan dan keterbelakangan. Unsur non ekonomis dalam kerja manusia tidak
boleh dimatikan atau diabaikan oleh unsur yang semata-mata bercorak ekonomis,
antara lain mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya, konsumsi sampai habis,
penghisapan dan penindasan manusia lain.
Pastoral Gereja di
Bidang Kerja
Gereja memandang sebagai
tugasnya menyampaikan ajarannya tentang kerja dari sudut pandangan nilai
manusiawinya maupun tata susila yang mencakupnya, dan menganggap itu salah satu
kewajiban penting dalam pengabdiannya kepada amanat Injil secara keseluruhan
(Laborem Exercens art. 24). Oleh karena itu, panggilan dan tugas Gereja
dalam mengarahkan dan membimbing umat untuk semakin menghormati dan menghargai
kerja, hendaknya terarah pada hal-hal sebagai berikut :
a. Dasar nilai kerja adalah manusia sendiri.
Nilai
kerja manusia tidak terutama diletakan pada jenis pekerjaan, tetapi pada arah
kemungkinan pengembangan hidup demi kesejahteraan manusia sebagai seorangn
pribadi, ciptaan Tuhan. Nilai luhur
pekerjaan manusia tertumpu pada manusia sendiri yang dipanggil untuk menjadi
sempurna seperti Allah Bapa sempurna adanya (bdk. Mat 5:48).
b. Spiritualias kerja manusia
Mengajak
umat kristiani untuk berani merobah sikap dan penilaian terhadap kerja, agar
sungguh-sungguh menerjemahkan spiritualitas kerja kristiani dalam pelaksanaan
kerja sehari-hari. Karena itu, disiplin,
kejujuran, dan tanggung jawab dengan semangat kerja keras perlu dimantapkan
dalam setiap jenis pekerjaan yang dipercayakan pada orang-orang beriman
kristiani, apa pun jenis pekerjaannya.
c. Menekankan prioritas kerja atas modal.
Kerja
sebagai sarana untuk membangun diri manusia seutuhnya. Karena itu, salah satu yang mendukung
kenyataan ini adalah pemberian upah yang adil, agar para pekerja mampu
mengembangkan kemandiriannya baik dalam pemenuhan kebutuhan primer maupun dalam
pemenuhan kebutuhan sosialnya. Paus Benediktus dalam ensiklik Caritas in
Veritate (art 25) menegaskan hal ini sekaligus meneguhkan apa yang diajarkan
Konsili Vatikan ke II: “Saya ingin mengingatkan semua orang,
terutama para pemerintah yang terkait dalam hal meningkatkan asset-aset
ekonomis dan sosial, bahwa modal utama yang harus dijaga dan dihargai adalah
manusia, diri manusia di dalam martabatnya: “Manusia adalah sumber, fokus
dan tujuan dari semua kehidupan ekonomi dan sosial.”[GS,
art 63]
d. Penghargaan atas kerja manusia
Kerja
manusia bukan dihargai berdasarkan corak atau bentuk pekerjaan yang sedang
dilakukannya, tetapi bagaimana manusia menempatkan kerja sebagai sarana
pemenuhan pribadi sebagai Gambar dan Rupa Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar