01 Oktober 2014

YUK MEMASAK DAN MENJAHIT!!!


   Gereja tiada henti menyediakan wadah untuk mengembangkan kehidupan umat gerejanya. Ekonomi dan sosial tetap diperhatikan agar siklus kehidupan dapat berjalan dengan baik. Masyarakat yang dianggap hanya sebagai objek, kini harus bisa menjadi subjek agar tidak hanyut dalam era globalisasi. Hal yang dianggap remeh dan sepele dimata masyarakat, pada dasarnya bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Oleh karena itu, gereja melalui Komisi PSE membuka pelatihan menjahit dan memasak untuk umat gerejanya.
  Terkesan kurang menarik memang, tapi tanpa kita sadari, kedua pelatihan ini bukanlah skill yang dimiliki setiap orang, khususnya perempuan. Kenapa khusus perempuan? Karena Keuskupan Padang merasa terpanggil untuk memberdayakan kaum perempuan dalam meningkatkan potensi kaum perempuan dan menyokong ekonomi keluarga. Dapat dibayangkan, jika seorang istri atau ibu dalam rumah tangga tidak bisa memasak, maka ekonomi keluarga belum tentu dapat dikendalikan dan pastinya tidak ekonomis. Perempuan tumbuh menjadi kekuatan ekonomi sebagai sarana mencapai kehidupan harmonis, bahagia dan sejahtera. Kemandirian perempuan dalam sektor ekonomi menumbuhkan kepaercayaan diri sebagai ciptaan Tuhan yang setara dengan laki-laki. Dengan kata lain, perempuan juga membantu meningkatkan pendapatan keluarga untuk mencapai kesejahteraan dan ekonomi mandiri bagi keluarga. 
Para peserta mulai menggunakan mesin jahit
   Pelatihan menjahit dan memasak tidak dilakukan pada waktu yang sama. Pada tanggal 7 Juli 2014 kursus menjahit dimulai.  Peserta hanya berasal dari tiga paroki di kota Padang saja, yaitu masing-masing dari paroki Santa Maria Tirtonadi, paroki Santa Theresia Katedral dan paroki Santo Fransiskus Asisi. Peserta kursus ini berjumlah 16 orang  yang terdiri dari ibu-ibu dan orang muda. Jumlah peserta dibatasi agar pelatihan berjalan lancar dan maksimal.
Kursus dimulai dengan latihan dasar menjahit, kemudian dilanjutkan dengan menjahit pakaian yang sederhana, misalnya baju dan celana tidur. Tetapi pada tahap awal dan sebagai bahan ujian, para peserta diajari untuk membuat pakaian untuk anak perempuan.
Hasil Jahitan peserta
  Selama proses berlangsung, beberapa peserta mundur dan hingga akhir kegiatan hanya bertahan 11 orang. Setelah 11 kali pertemuan, penyelenggara dan instruktur mengadakan ujian tertulis untuk para peserta. Ujian diadakan guna menguji kemampuan dasar teori peserta agar dapat mempraktekkannya kembali di rumah. Tepat tanggal 21 Juli 2014, kegiatan ini berakhir dan berjalan dengan lancar. Ujian yang telah dilakukan menghasilkan 3 orang peserta terbaik, dan tentunya mendapatkan penghargaan berupa bingkisan. 

Peserta mempraktekkan cara membuat garbin tapai
Tanggal 22 Juli 2014 kegiatan kursus memasak dilanjutkan. Kegiatan ini juga melibatkan ibu-ibu dan orang muda dari 3 paroki di kota Padang. Total peserta yang mengikuti kursus ini lebih banyak dibanding kursus menjahit yang bertotal 20 orang. Tetapi tidak berbeda dengan kursus sebelumnya, pada saat proses berlangsung beberapa orang peserta mundur hingga akhirnya hanya 13 orang yang bertahan hingga akhir. Kursus dimulai dari memasak makanan yang mudah hingga yang lumayan rumit. Dimulai dari masakan rumah hingga masakan yang bisa dijadikan mata pencarian. Para peserta tidak hanya melihat dan mendengarkan instruktur, tetapi juga ikut dalam proses penyediaan bahan, pengolahan hingga memasak. 
Makanan ringan sehat dari bahan utama ubi
    Memasak ternyata sangat menyenangkan, ungkap para peserta. Hal ini dikarenakan banyak hal yang sebelumnya tidak diketahui peserta, justru kini menjadi hal yang dirasa mudah untuk dikerjakan. Bukan hanya sekedar memasak, tetapi juga diajari bagaimana mengolah bahan makanan seekonomis dan efisien mungkin. Tepat pada tanggal 26 Agustus 2014, kemampuan peserta turut diuji dan hasilnya ditemukan 3 orang peserta terbaik yang berhak memperoleh penghargaan.
   
Foto bersama peserta dengan Ketua Komisi PSE Caritas
 Para peserta mengakui kegiatan ini sangat berguna dan bermanfaat. Selain itu juga menambah ilmu serta kreatifitas kaum perempuan untuk memberdayakan kemampuan yang ada sebagai jalan untuk meningtkatkan ekonomi keluarga. Ketua Komisi PSE Caritas Keuskupan Padang, Pastor Alexius Sudarmanto, Pr, mengungkapkan rasa syukur turut senang karena pelatihan berjalan dengan baik dan lancar. Beliau juga menuturkan, agar ilmu ini juga dapat diilanjutkan dan dikembangkan di lingkungan masing-masing. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar